Kitab Riyadhus
Shalihin : Hadits ke 1378
Penulis: Syaikh
Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin
مَثَلُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ مِنَ الْهُدَى وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَصَابَ أَرْضًا فَكَانَتْ مِنْهَا طَائِفَةٌ طَيِبَةٌ قَبِلَتِ الْمَاءَ، فَأَنْبَتَتِ الْكَلأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيْرَ، وَكَانَ مِنْهَا أَجَادِبُ أَمْسَكَتِ الْمَاءَ، فَنَفَعَ اللَّهُ بِهَا النَاسَ فَشَرِبُوْا مِنْهَا وَسَقُوْا وَزَرَعُوا، وَأَصَابَ طَائِفَةً مِنْهَا أُخْرَى إِنَمَا هِيَ قِيْعَانٌ لاَ تُمْسِكُ مَاءً وَلاَ تُنْبِتُ كَلأَ؛ فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقُهَ فِي دِيْنِ اللَّهِ وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ فَعَلِمَ وَعَلّمَ، وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللَّهِ اَلذِي أُرْسِلْتُ بِهِ )) مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.
Dari Abi Musa
Radhiallahu Anhu, dia berkata Nabi Shalallahu Alaihi wa sallam bersabda,
"Perumpamaan petunjuk dan ilmu pengetahuan, yang oleh karena itu Allah mengutus
aku untuk menyampaikanya, seperti hujan lebat jatuh ke bumi; bumi itu ada yang
subur, menyerap air, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rumput-rumput yang banyak.
Ada pula yang keras tidak menyerap air sehingga tergenang, maka Allah memberi
manfaat dengan hal itu kepada manusia. Mereka dapat minum dan memberi minum
(binatang ternak dan sebagainya), dan untuk bercocok tanam. Ada pula hujan yang
jatuh kebagian lain, yaitu di atas tanah yang tidak menggenangkan air dan tidak
pula menumbuhkan rumput. Begitulah perumpamaan orang yang belajar agama, yang
mau memanfaatkan sesuatu yang oleh karena itu Allah mengutus aku
menyampaikannya, dipelajarinya dan diajarkannya. Begitu pula perumpamaan orang
yang tidak mau memikirkan dan mengambil peduli dengan petunjuk Allah, yang aku
diutus untuk menyampaikannya."Abu Abdillah berkata, bahwa Ishaq berkata," Dan
ada diantara bagian bumi yang digenangi air, tapi tidak
menyerap."
Kandungan
Hadits
Tentang hadits
diatas, setelah memaparkan keterangan yang menjelaskan hadits diatas dari segi
bahasa (arab), Ibnu Hajar Al-Asqalani -penulis kitab fikih (klasik) Bulughul
Maram- dalam kitabnya Fathul Bari, menjelaskan :
Al Qurtubi dan
yang lainnya mengatakan bahwa Rasulullah ketika datang membawa ajaran agama,
beliau mengumpamakannya dengan hujan yang datang kepada manusia dikala mereka
membutuhkannya. Demikianlah kondisi manusia sebelum Rasulullah diutus. Seperti
hujan menghidupkan tanah yang mati, demikian pula ilmu agama dapat menghidupkan
hati yang mati.
Kemudian beliau
mengumpamakan orang yang mendengarkan ilmu agama dengan berbagai macam tanah
yang terkena air hujan, diantara mereka adalah orang alim yang mengamalkan
ilmunya dan mengajar. Orang ini seperti jenis tanah yang subur yang menyerap air
sehingga dapat memberi manfaat untuk dirinya, dan kemudian tumbuhlah
tumbuh-tumbuhan padanya sehingga dapat memberi manfaat bagi yang
lain.
Diantara mereka
ada juga orang yang menghabiskan waktunya untuk menuntut ilmu namun dia tidak
mengerjakan yang sunnah-sunnahnya dan tidak memahami secara mendalam ilmu yang
ia kumpulkan, akan tetapi dia tunaikan (sampaikan.red) untuk orang lain, maka
dia bagaikan tanah yang tergenangi air sehingga manusia dapat memanfaatkannya.
Orang inilah yang diindikasikan dalam sabda beliau, "Allah memperindah wajah
seseorang yang mendengar perkataan- perkataanku dan dia menghafalnya dan
menyampaikanya seperti yang dia dengar. Betapa banyak orang yang menyampaikan
fiqih kepada orang yang lebih mengerti darinya …. (Shahih HR. At Tirmidzi no.
2657, Ahmad 1/437. Ibnu Majah 232 dll.)
Diantara mereka
juga ada yang mendengar ilmu namun tidak menghafal atau menjaganya serta tidak
mengamalkannya dan tidak pula mengajarkannya kepada orang lain, maka dia seperti
tanah yang kering dan tandus tidak dapat menyerap air sehingga merusak tanah
yang ada di sekelilignya.
Dikumpulkannya
perumpamaan bagian pertama dan kedua (bumi itu ada yang subur, menyerap air,
menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rumput-rumput yang banyak, dan ada pula yang
keras tidak menyerap air sehingga tergenang, maka Allah memberi manfaat dengan
hal itu kepada manusia. Mereka dapat minum dan memberi minum (binatang ternak
dan sebagainya), dan untuk bercocok tanam adalah karena keduanya sama-sama
bermanfaat. Sedangkan dipisahkannya bagian ketiga, karena tercela dan tidak
bermanfaat. Wallaahu a’lam
Kemudian dalam
setiap perumpamaan terdiri dari dua kelompok. Perumpamaan pertama telah kita
jelaskan tadi, sedang perumpamaan kedua, bagian pertamanya adalah orang yang
masuk agama (Islam) namun tidak mendengarkan ilmu atau mendengarkannya tapi
tidak mengamalkan dan tidak mengajarkannya. Kelompok ini diumpamakan layaknya
tanah tandus, yang diisyaratkan oleh Nabi Shallallahu Alaihi was Sallam dalam
sabdanya, “Orang yang tidak mau peduli” yaitu berpaling dari ilmu sehingga dia
tidak bisa mengambil manfaat untuk dirinya dan tidak pula dapat memberi manfaat
kepada orang lain.
Adapun bagian
kedua adalah orang yang tidak mau masuk ke dalam agama Islam sama sekali, bahkan
telah disampaikan kepadanya pengetahuan tentang agama Islam, tapi dia
mengingkari dan kufur kepadanya. Kelompok ini diumpamakan dengan tanah keras
yang berbatu yang tidak ada tumbuhan sama sekali, dimana air mengalir diatasnya
lewat begitu saja tanpa dapat memanfaatkannya. Hal ini diisyaratkan dengan
perkataan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, "Dan dia tidak menerima petunjuk
Allah yang aku bawa".
Ath-Thibi
mengatakan, "Manusia terbagi menjadi dua. Pertama, manusia yang memanfaatkan
ilmu untuk dirinya namun tidak mengajarkannya kepada orang lain. Kedua, manusia
yang tidak bisa mengambil manfaat untuk dirinya, tapi dia mengajarkan kepada
orang lain. Menurut saya kategori pertama masuk dalam kelompok pertama, karena
secara umum manfaatnya ada walaupun tingkatnya berbeda. Begitu pula dengan
tanaman yang tumbuh, diantaranya ada yang subur dan memberi manfaat kepada
manusia dan ada juga yang mengering. Adapun kategori kedua walaupun dia
mengerjakan hal-hal yang wajib dan meninggalkan yang sunnah, sebenarnya dia
termasuk dalam kelompok yang kedua seperti yang telah kita jelaskan; dan
seandainya dia meninggalkan hal-hal yang wajib maka dia adalah orang yang fasik
dan kita tidak boleh mengambil ilmu darinya. Orang semacam ini termasuk dalam,
man lam yar fa' bi dzalika ro san. Wallahu a'lam".
Dinukil dari
kitab Fathul Bari (penjelasan kitab Shahih Al Bukari) karya Al Hafidz Ibnu Hajar
Al Asqalani. Jilid 1 Hal. 175 – 177. Cet. Darul Fikr.
Penutup.
(red)
Dari uraian
diatas, mari kita berkaca pada pribadi kita masing-masing. Termasuk dalam
kelompok manakah kita ; kelompok tanah yang menyerap air sehingga dapat memberi
manfaat bagi dirinya, kemudian tanah tersebut dapat menumbuhan tumbuh-tumbuhan
sehingga dapat memberi manfaat pula bagi yang lain, atau kelompok kedua yakni
kelompok tanah yang mampu menahan air walaupun tidak tumbuh tanaman padanya
namun air yang ditampungnya bermanfaat bagi yang lain. Ataukah yang ketiga yaitu
kelompok tanah yang yang tidak dapat menerima air sehingga merusak tanah yang
ada di sekelilingnya? Demikianlah Wahai saudaraku, jadikan diri-diri kita
sebagai ulul Albab orang yang cerdik cendikia.
Semoga Allah
memudahkan kita semua untuk menuju dan meniti jalan kebaikan dengan senantiasa
dibimbing ilmu yang bagaikan hujan yang menumbuhkan tanaman yang menghasilkan
buah yang manis nan indah. Amin.
Diterjemahkan
oleh Al Ustadz Muhammad Rifa'i dari kitab Syarah Riyadhus Shalihin Bagian
Kitabul Ilmi karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin cetakan Darul Atsar
(3/424-426).
Referensi:
Buletin Da'wah Islam Riyadhus Shalihin Edisi 006/Jumadil Tsani/1427
H.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar